GUW9BUMoGfCiGfd6TfOpTUziTY==

Proyek Food Estate di Era Presiden Prabowo Subianto "Warisan Buruk" di Era Presiden Jokowi?

Food Estate

Penulis : 
Syahmaniar Fariski (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu Pemerintahan

)

Portal Demokrasi, Opini - Proyek food estate yang digagas pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional telah menjadi sorotan. Tujuan mulia ini menghadapi tantangan besar dan kritik pada berbagai aspek, khususnya di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, mulai dari kegagalan teknis hingga dampak sosial dan lingkungan. Apakah proyek ini benar- benar solusi bagi krisis pangan, atau justru menjadi masalah baru?

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan dunia. Namun, proyek food estate di beberapa wilayah seperti Kalimantan dan Papua menunjukkan hasil yang jauh dari harapan. Masalah seperti terbengkalainya lahan, penolakan masyarakat adat, dan kerusakan lingkungan menjadi bukti bahwa pendekatan yang digunakan perlu dikaji ulang. Banyak laporan menunjukkan bahwa proyek ini gagal karena tidak melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan di kalangan petani yang seharusnya diuntungkan oleh program ini.

Proyek food estate di Indonesia, yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, telah menjadi sorotan karena banyaknya kritik dan laporan tentang kegagalannya. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui perluasan lahan pertanian, namun hasilnya menunjukkan banyak masalah yang signifikan. Proyek food estate di Kalimantan Tengah, misalnya, telah meninggalkan ribuan hektare lahan yang kini berubah menjadi semak belukar. Petani lokal mengeluhkan kegagalan panen akibat kurangnya dukungan teknis dan infrastruktur. Di Kalimantan Tengah, ribuan hektare lahan yang seharusnya digunakan untuk pertanian ditemukan dalam kondisi terbengkalai. Beberapa lahan kini ditumbuhi semak belukar, dan ada yang beralih fungsi menjadi kebun sawit. Petani mengeluhkan kegagalan panen yang berulang, sehingga mereka memilih untuk tidak menanam padi di lahan tersebut.

Banyaknya kritik terhadap beberapa kegagalan proyek food estate di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada akhirnya menimbulkan keresahan publik bahwa Presiden Prabowo mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama jika tidak ada perubahan dalam pendekatan mengenai proyek food estate karena Presiden Prabowo sendiri menyebut akan berkomitmen untuk melanjutkan proyek food estate yang sebelumnya telah dicanagkan dan dilaksanakan di masa Presiden Joko Widodo. Beberapa ekonom dan aktivis memperingatkan bahwa tanpa evaluasi yang mendalam terhadap pelaksanaan proyek sebelumnya, keberhasilan proyek food estate di bawah Prabowo sangat diragukan.

Dalam rencana kerjanya, Prabowo mencanangkan program PHTC yang mencakup pengembangan lumbung pangan. Ini termasuk intensifikasi lahan pertanian dan pencetakan sawah baru, dengan anggaran yang cukup besar untuk mendukung inisiatif ini. Di bawah kepemimpinan Prabowo, proyek food estate lebih difokuskan pada pengembangan kawasan pertanian terpadu yang memanfaatkan teknologi modern dan pendekatan agro-industri. Prabowo mengusulkan integrasi berbagai sektor pendukung seperti irigasi, infrastruktur, dan energi mandiri dalam pengembangan food estate. Strategi ini bertujuan untuk tidak hanya meningkatkan produksi pangan tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah produk sebelum distribusi. Prabowo mengakui bahwa program food estate di bawah Jokowi tidak berhasil dan menghadapi banyak masalah, seperti terbengkalainya lahan dan dampak lingkungan yang merugikan. Ia menyatakan bahwa untuk mencapai swasembada pangan, penting untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, termasuk konversi lahan subur menjadi non-pangan dan penguasaan lahan oleh korporasi besar. Meskipun Prabowo berusaha untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, ia juga menghadapi tantangan dari berbagai pihak yang skeptis tentang kemampuannya untuk mengimplementasikan perubahan tersebut. Beberapa pakar meragukan apakah janji-janji Prabowo dapat terwujud tanpa pendekatan yang lebih berbasis pada ilmu pengetahuan dan evaluasi yang mendalam terhadap kebijakan sebelumnya.

Kendati demikian, kegagalan proyek food estate di era Presiden Joko Widodo seharusnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pembelajaran bagi pelaksanaan proyek food estate. Kekhawatiran akan kegagalan di masa sebelumnya menimbulkan banyak pihak yang mengkhawatirkan kegagalan serupa dari proyek food estate yang tengah dilaksanakan di masa Presiden Prabowo saat ini. Kurangnya pertimbangan kondisi lokal dan kebutuhan masyarakat menjadi salah satu kritik utama terhadap pelaksanaan proyek food estate ini. Misalnya, di daerah Merauke, tanaman yang dibudidayakan tidak sesuai dengan kebutuhan pangan lokal. Selain itu, penguasaan lahan oleh korporasi besar dan pemerintah tanpa keterlibatan masyarakat juga berpotensi menimbulkan konflik sosial. Hal tersebut mencerminkan kurangnya riset dan pertimbangan pada proyek food estate di masa Presiden Prabowo sehingga beberapa pihak, khususnya masyarakat dan petani menjadi ragu dan khawatir apabila proyek food estate saat ini merupakan bagian dari "warisan buruk" di era Presiden Jokowi.

Dampak proyek food estate dari era Jokowi ke era Prabowo menunjukkan kesinambungan dalam upaya mencapai ketahanan pangan, namun juga mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi. Kegagalan sebelumnya harus menjadi pelajaran penting untuk merumuskan strategi baru yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Proyek food estate memang memiliki tujuan yang baik, tetapi pelaksanaannya perlu dievaluasi secara menyeluruh. Pemerintah harus melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan memastikan bahwa pendekatan yang digunakan ramah lingkungan. Dengan demikian, proyek ini dapat benar-benar menjadi solusi bagi ketahanan pangan tanpa mengorbankan ekosistem dan hak-hak masyarakat.

 

Jasa ISBN

Type above and press Enter to search.